OLAHRAGA: KESEHATAN, BENTUK PERLAWANAN, DAN ALAT KUASA

Pemantik: Raka Pandu

Tetap sehat hakikatnya adalah prinsip dasar yang harus dimiliki manusia, dan hal termudah untuk memiliki sehat adalah rutin berolahraga.  Begitu pentingnya berolahraga, sejarah mencatat bahwa manusia sudah melakukan aktivitas ini sejak masa prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan dinding di Gua Lascaux di Prancis. Dari lukisan itu terlihat menampilkan seseorang tengah melakukan olahraga lari cepat dan gulat pada era Paleolitikum Akhir sekitar 15.300 tahun silam dan berkembang pesat di masa mesir kuno hingga masa modern seperti sekarang.

Namun kita tidak sedang membahas tentang bagaimana olahraga berevolusi di setiap jaman, namun bagaimana olahraga berperan dalam kehidupan masyarakat. Tak hanya membuat tubuh semakin bugar dan sehat, olahraga bisa digunakan sebagai alat untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu yang kadang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusian. Mulai dari aktivitas perlawanan atas suatu penindasan hingga sebagai media perdamaian.

Olahraga sebagai alat bisa terlihat dari contoh bagaimana olahraga melawan rasisme pernah digambarkan dalam film dari kisah nyata berjudul Glory Road. Film ini menceritakan tentang perjuangan anak kampus yang gandrung akan basket bersama pelatihnya, Don Haskins. Singkat cerita, ketika isu rasialis warna kulit sangat kuat di Amerika kala itu sang pelatih dengan berani untuk pertama kalinya memainkan dan mengijinkan anak kulit hitam bermain dan mengikuti kejuaraan NCAA. Atas keberanian sang pelatih dalam menampilkan kesetaraan ras inilah menjadi tonggak perlawanan rasisme di Negara Paman Sam. Inilah bukti nyata permasalahan kontruksi sosial yang mengakar dapat dilawan dengan olahraga dan menjadi tonggak persatuan antar manusia.

Contoh lain pada tahun 2016, seorang Atlet American Football atau bisa disebut NFL, liga tertinggi Amerika itu melakukan aksi berlutut di tengah berkumandangnya lagi kebangsaan Amerika sebagai protes bagaimana negara melakukan penekanan dan rasisme terhadap warga kulit hitam. Aksi itupun  membuat seorang atlet itu terdepak dan tidak ada satupun club NFL yang berani memberikan kontrak karena ancaman pejabat negara atas perbuatannya. Walaupun begitu, atas sikapnya yang berani itulah membuat banyak atlet lain tergerak melakukan hal yang sama, yaitu “melawan rasisme”. Sebuah hal yang jadi polemik yang tak kunjung selesai di Negara Adidaya itu, barangkali Jackie Robinson atlet Bisbol pertama berkulit hitam di liga profesional Amerika di tahun 1945 juga sebagai contoh nyata seberapa lama isu rasisme sudah terjadi.

Tidak hanya sebagai alat perlawanan, olahraga ternyata bisa menjadi dapur pacu untuk masyarakat agar mendapatkan pendidikan yang layak. Contohnya melalui beasiswa dengan jalur khusus sebagai atlet olahraga atau biasa disebut Student Athlete. Beberapa diantaranya seperti Derrick Michael Xavierro pemain basket indonesia pertama yang berhasil menembus Grand Canyon University yang berlaga di NCAA dan mungkin bisa berkesempatan menjadi orang pertama dari Indonesia yang berhasil bermain di liga basket terbaik dunia NBA.

Begitu besar manfaat olahraga, mulai hanya untuk kesehatan merambah pada alat perlawanan hingga perdamaian. Begitu besar perannya pun kemudian olahraga kini juga tak jarang menjadi celah berpolitik untuk menuju pada tampuk kekuasaan. Dalam hal ini seperti yang dilakukan Pablo Escobar dengan membeli club Sepak Bola kampung halamannya Altetico National. Pembelian club itupun bukan tanpa alas an, tetapi dimuati oleh kepentingan politik, terlebih untuk mencari simpati warga kampong halamannya sekaligus untuk memenuhi hasratnya menjadi penguasa tunggal Kolombia walau sampai akhir hayatnya tak pernah tercapai. Lantas bagaimana nasib olahraga akhir-akhir ini? Tetapkah olah raga hanya sebagai alat kesehatan saja seperti pada pengertian hakikatnya? Apakah olahraga dapat dipakai dasar kemajuan bangsa? Atau hanya akan digunakan untuk menjadi alat mencari keuntungan semata? Tentu semua bisa dibicarakan. Mari berdiskusi.

Leave a comment